Kamis, 06 Desember 2018

Aborigin, Pribumi Australia

Sejarah Kebudayaan Australia
ABORIGIN

            Suku Aborigin merupakan suku yang bermukim paling lama di Australia, mereka diperkirakan mulai menempati Australia sekitar 50.000 tahun yang lalu, banyak pendapat kuat yang telah meyakini suku Aborigin adalah penduduk asli atau pribumi benua Australia dan kepulauan disekitarnya (mencakup hingga Tasmania dan kepulauan selat Torres. Konon katanya, nenek moyang Suku Aborigin merupakan keturunan orang Papua yang berjelajah menggunakan perahu dari Asia Tenggara pada abad es terakhir hingga akhirnya menemukan dataran Australia. Itulah mengapa bentuk fisik orang Aborigin mirip dengan orang Papua yang identik dengan rambut keriting berwarna merah dan warna kulit mereka yang gelap.
Sempat terjadi diskriminasi dari orang-orang Eropa terhadap suku Aborigin, bahkan suku Aborigin kerap kali dianggap sebagai Fauna atau hewan, namun diskriminasi tersebut saat ini berangsur-angur melunak dan salah satu strategi politik untuk permasalahan suku Aborigin adalah dengan proses Asimilasi antara orang kulit putih dan kulit hitam suku Aborigin. Seiring berkembangnya waktu, perkawinan campur menyebabkan percampuran gen antara orang Papua dengan para penjelajah lainnya membentuk fisik suku Aborigin saat ini lebih kecil dan pendek dari orang asli Papua bahkan tidak jarang didapati generasi baru mereka berkulit lebih terang daripada bangsa Eropa.
Kata "Aborigin" dalam bahasa Inggris memiliki arti: penduduk asli atau penduduk pribumi, dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Aborigin diambil dari bahasa latin yaitu ab origine yang berarti: dari awal, dan diperuntukkan bagi penduduk yang sejak semula tinggal di suatu daerah atau pulau.
Pada mulanya, suku Aborigin mencari ikan dan berburu. Mereka berburu binatang liar seperti: kanguru dan babi hutan di hutan atau padang savana menggunakan tombak, panah, dan boomerang (senjata khas orang Aborigin). Di daerah yang beriklim dingin, kulit kanguru digunakan sebagai bahan pakaian. Pada masa itu, ilmu bercocok tanam dan beternak belum dikenal, karenanya kelompok anak suku Aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.
            Di masa berjelajah dan bermukimnya bangsa Eropa ke benua Australia, sekitar 1 juta orang Aborigin telah tinggal dan beranak-pinak di benua ini dengan rumah yang amat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan dedaunan. Mereka hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan yang terbagi dalam 300 clans dan berbicara dalam 250 bahasa serta 700 dialek. Namun saat ini, hanya ada kurang dari 200 bahasa asli yang digunakan. Ahli bahasa mempelajari bahasa Australia sebagai Pama Nyungan dan non-Pama Nyungan. Bahasa Pama-Nyungan mayoritas terdiri dari keluarga bahasa terkait, sedangkan yang tidak berhubungan dipelajari ahli sebagai bahasa non-Pama Nyungan.
            Suku Aborigin sendiri terbagi atas banyak kelompok menurut wilayah yang mereka tinggali, diantaranya adalah Aborigin Bama di wilayah Queensland, Aborigin Koori di wilayah New south Wales dan Victoria, Aborigin Murri di wilayah Queensland selatan, Aborigin Noongar di wilayah selatan bagian Australia barat, Aborigin Nunga di wilayah Australia selatan, Aborigin Anangu di wilayah dekat perbatasan Australia selatan dan barat, serta Aborigin Palawah yang tinggal di pulau Tasmania. Komunitas Aborigin terbanyak ialah Aborigin Anangu yang memiliki populasi 32,5% dari seluruh orang Aborigin di Australia, namun jika dihitung keseluruhan dengan penduduk Australia suku Aborigin hanya berjumlah 517.000 jiwa dan jika di persentasi hanya 2,3%.
            Seperti yang saya katakan tadi, suku Aborigin pada mulanya adalah orang Papua yang sedang menjelajah, ada kemungkinan kebudayaan suku Aborigin juga hampir sama dengan kebudayaan suku asmat yang merupakan suku asli Papua. Dalam masyarakat kesukuannya, mereka dipimpin oleh kepala suku yang biasanya juga merangkap sebagai dukun suku itu. Kepala suku juga memimpin ritual adat seperti upacara keagamaan dan perkawinan. Beberapa ritual adat tersebut diantaranya adalah:
·         Upacara Wogan – ma – gule, pertemuan air merupakan arti dari nama upacara tersebut yang mengambarkan sebagai bentuk upacara pertemuan semua masyarakat dalam suku Aborigin.
·         Upacara Tiwi, kumpulan beberapa upacara dari masyarakat tiwi dalam suku Aborigin yang terdiri dari upacara kulama, upacara pukumani, upacara mortuary, dan beberapa lainnya.
·         Upacara Yam, salah satu upacara dalam adat dan budaya yang dilakukan oleh masyarakat suku Aborigin.
Agama orang Aborigin-Australia masih tradisional, mereka percaya akan adanya Ruh Agung atau ruh para leluhur Totem yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Setiap clan percaya bahwa mereka memiliki hubungan spiritual dengan tanah air mereka yang beragam, meski mereka berkelana jauh untuk berdagang, mencari air, mengumpulkan hasil bumi musiman, serta mengadakan ritual ataupun pertemuan totemik. Meskipun tanah air sangat mereka sangat beragam─mulai dari gurun pedalaman dan hutan hujan tropis hingga pegunungan bersalju─ semua orang Aborigin memiliki kepercayaan yang sama mengenai Dream time atau masa impian.
Dream time atau masa impian dipercaya sebagai alam magis yang abadi, Dream Time merupakan suatu masa yang terjadi selama orang tidur atau bisa disebut dengan bermimpi, suku Aborigin percaya bahwa ada penjelasan-penjelasan kehidupan, wahyu, serta petunjuk yang diturunkan pada masa bermimpi itu. Menurut mitos Aborigin, Dream time merupakan ruh para leluhur totem yang membentuk seluruh aspek kehidupan saat masa impian penciptaan dunia. Para leluhur senantiasa menghubungkan antara fenomena alam, masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui semua aspek.
Dalam hal kesenian, menurut suku Aborigin, semua manusia merupakan seniman sehingga tidak ada istilah ahli seni dalam masyarakat Aborigin. Beberapa kesenian yang ditinggalkan oleh suku Aborigin kuno berupa lukisan yang terbuat dari oker atau ochre (pewarna alami) yang digunakan untuk melukis di pasir, kulit kayu, serta gua, hasil kesenian suku Aborigin juga terdapat pada pahatan batu. Seiring berkembangnya zaman, para seniman Aborigin modern masih tetap meneruskan tradisi dengan mulai mengadopsi juga material modern yang serbaguna. Seni lukis dengan media goa dan pasir mungkin kini telah jarang ditemui pada masyarakat Aborigin modern, meski begitu kesenian dari suku Aborigin masih tetap menjadi minat pelanggan internasional, bahkan kesenian asli dari suku Aborigin menjadi sumber pendapatan yang besar untuk beberapa komunitas di Australia.

Referensi:        
            https://id.wikipedia.org/wiki/Pribumi-Australia. 2018. Pribumi Australia. (Akses: 06 Maret 2018   20.06)
            https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-Aborigin. 2017. Kebudayaan Suku Aborigin. (Akses: 06 Maret 2018 21.18)
            http://sejarahri.com/sejarah-suku-Aborigin.  2016.  Sejarah Suku Aborigin. (Akses: 06 Maret 2018   21.48)

Rabu, 14 November 2018

Enjoying Makassar Culinary Night with them! 💞💞



Makassar Culinary Night cheer us up!

Akhirnyaaaaa.. setelah beberapa minggu sibuk dengan kegiatan kampus, beberapa jurnal, berkilo-kilo tanggung jawab, dan jutaan tugas yang harus dituntaskan hingga saya harus mengesampingkan quality time dengan keluarga seperti biasanya, sampai-sampai sudah dapat telepon dari Dato Ibu yang memperingatkanku dengan ucapan:

"Heba'na di' mengurus dikampus, sampai tidak pernah mko kumpul kesini"

OMG! Telepon tersebut bagaikan SP1 bagi saya 🤔😱😮 Begitulah Dato Ibu menunjukkan kecemburuannya karena weekendku beberapa minggu terakhir kuhabiskan dikampus, bukan bersamanya, juga Oma, ataupun sepupu-sepupu dan tante-tanteku pada foto diatas yang tiap minggunya berkumpul di Rumah Mangasa.

Beruntungnya, Makassar Culinary Night membantu saya menghilangkan kecanggungan dan perasaan ndak-enakan karena sudah beberapa minggu tidak ketemu mereka.

Well.. seperti tahun yang sudah-sudah, keseruan Makassar Culinary Night memang tidak pernah meleset dari sebelumnya. Yang membuat saya kagum adalah..... dibalik kulinernya yang rame (yaiyalah.. namanya juga Makassar Culinary Night ), live music yang kececontent acara yang seru, juga dekorasinya yang instagrammable.. Panitia MCN ternyata masih peduli untuk menyiapkan tempat ibadah yang nyaman bagi pengunjung muslim, tak jarang juga saya mendengar beberapa panitia dengan ramah mengingatkan para pengunjung untuk menjaga kebersihan, walaupun tidak semua pengunjung peduli akan kebersihan dan masih pede menghasilkan sampah. Tapi intinya, saya salut dengan panitianya!

Setelah puas icip-icip syantiq, ketawa-ketiwi sambil ngelambe, dan berfoto manjyaaah akhirnya kami pun kembali ke habitat alias pulang ke Rumah Mangasa. Etapinyaaaa... Ketika kami keluar menuju parkiran, jalanannya macet abis shayyyy.. Saya rasa, area parkir bagi pengunjung butuh sedikit perhatian (Atau haus perhatian?! 😝😆). Penyebab kemacetan itu sepertinya karena banyak pengunjung yang memarkir kendaraan roda empatnya dibahu jalan sedangkan jalanan tersebut cukup sempit dan padat karena merupakan jalur menuju icon kota Makassar.

Senin, 15 Oktober 2018

JAUH: 1,600 KM.

1,600 KM darimu,
Menjadi aku,
Merasa sepi dalam kerumunan orang-orang bahagia.

1,600 KM darimu,
Menjadi penenang,
Bagi rindu yang terbangun ditengah malam
lalu berusaha menenangkan dirinya sendiri hingga kembali terlelap.

1,600 KM darimu,

Menjadi mandiri,
Bagi hati yang patah berkeping-keping
lalu memungut dan menempelkan serpihannya kembali dengan lem serbaguna.

1,600 KM darimu,

Menjadi penyabar,
Layaknya gelisah yang tak payah menanti.

1,600 KM darimu,
Menjadi penengah,
Mendamaikan hati dan pikiran yang tak berkawan.


1,600 KM darimu,
Menjadi ingatan,
Dalam senja yang setia menemaniku menghabiskan secangkir kenangan.

1,600 KM darimu,
Kurasa, kau patut memberi penghargaan kepada jajaran senja,
Karena senja yang paling sendu lagi-lagi berhasil menyimpan rindu,
Selamat sabar, penantian tak berujung!

Minggu, 14 Oktober 2018

Mars UNHAS

Universitas Hasanuddin
Panjimu kita bawa serta
Pancangkan di medan bakti
Namamu kita bawa bersama

Membina kejayaan nusa
Indonesia bahagia
Putra-putrimu kini bangkit
Dengan jiwa Hasanuddin

Relakan kami padamu negeri 
Izinkan kami bagimu pertiwi
Almamater Universitas Hasanuddin
Karunia Ilahi

Ayam jantan lambang perkasa
Benteng teguh wirabuana
Ke Timur ke Barat satu
Utara Selatan Nusantara

Nusa Bhineka Tunggal Ika
Nyiurmu dan padimu
Gelora pantaimu lembah gunungmu
Menjadi tempat mengabdi

Relakan kami padamu negeri 
Izinkan kami bagimu pertiwi
Almamater Universitas Hasanuddin
Karunia Ilahi

Mars Sastra UNHAS

Kita bersua dalam irama
Barisan mahasiswa Fakultas Sastra UNHAS

Kita sepakat jalan bersama
Mendaki puncak tinggi
Arungi laut dalam

Olah lebur jelajah
Jauh langlang buana
Puncak jaya sentosa

Sastra Filsafat

Kita bangunkan rona cemerlang
Disemaikan di taman kejayaan bangsaku

Sabtu, 29 September 2018

Mami ku, My Fairy Godmother.



Mami ku, adik perempuan Papa yg sudah seperti Mama sendiri.
Perempuan yang mengajarkan saya banyak hal, bukan hanya dari perkataan tapi juga dari perbuatan.

Mami adalah perempuan yang tangguh, cerdas, juga senantiasa positive thinking.
Mami sangat dermawan, tulus, juga pandai memaklumi kekurangan orang lain.
Ketika melihat Mami, rasanya seperti melihat Dato Ayah ku dalam dirinya.

Mami adalah orang yg paling peka terhadap sekitarnya,
Ia selalu berusaha mewujudkan apapun yang kami inginkan,
Walau ia harus susah payah berkorban.
Ia juga sangat mengerti terhadap sekitarnya,
Bahkan ia hafal dengan minuman favorit kami.

Saya selalu kagum dengan Mami,
Definisi perempuan cantik, yang pernah saya tulis, menurut saya, seluruhnya ada pada Mami.
She's my fairy godmother <3

Sedikit bercerita,
Beberapa tahun lalu, tidak lama setelah Dato Ayah meninggal,
Saya dan Mami ngobrol dalam perjalanan sembari ia menyetir,
Sudah lupa-lupa ingat mengenai isi percakapannya,
Yang kuingat, waktu itu hampir seluruh isi obrolan membahas mengenai kegemarannya dalam menulis.
Yang kuingat, dia sempat berkata, "Masih ada cita-citaku belum terwujud, saya mau ada anakku yang menulis buku,"
Seketika itu, entah mengapa saya langsung menjawab dalam hati, semacam berniat, "Saya pasti yang wujudkan itu"
Padahal, waktu itu saya masih kacuping, kelas 1 SMP, masih tidak tau arah hidup mau kemana, masih sama sekali anti untuk membaca, hanya asal ceplos dalam hati.
Seiring berjalannya waktu, makin dewasa, sudah lupa dengan ceplos asal dalam hati pada saat itu.
Tapi, makin lama, saya jadi senang membaca, bahkan tidak jarang saya mau untuk menulis.
Setelah lulus SMA, seleksi SNMPTN mengumumkan bahwa saya lulus pada Fakultas Sastra. Seketika saya teringat kembali mengenai ceplos dalam hati saat ngobrol dengan Mami, dan bertanya pada diri sendiri, "Is it an answer dari niat asal ceplosku beberapa tahun lalu?"
Ternyata benar kata orang, "kalau ada niat,pasti ada jalan" :p

Dari situ, saya lebih mengerti kenapa saya sekarang ada di sastra, bukan di kedokteran seperti yang Dato Ibu mau wkwk :p

Doakan saya bisa mewujudkan cita-cita Mami itu, reader! :D

Anyway, hari ini adalah ulang tahun Mami.
Even today is a super hectic day, i will never forgotting her big day.

Happy birthday to you, Mami!
I wish you nothing but the best.

Semoga semesta selalu menerangi pagimu hingga terang-benderang dan mewarnai malammu dengan bintang-bintang.
(Tapi jangan sampai "Ada pelangi di bola matamu" nah, nanti menyaingi Ma-Che :p)


High Literature and Popular Literature

  Ciri-ciri sastra High Literature 1.    Rational. Karya Sastra High Literature biasanya tercipta setelah melalui kajian yang mendalam ter...